GEREJA KATOLIK BERGAYA GOTHIK KAYU TANGAN DI KOTA MALANG
PAPER
Untuk memenuhi
tugas matakuliah
Sejarah Perkembangan
Agama
Yang dibina oleh Drs. Bapak Blasius Suprapto, M. Hum
Oleh
:
Muhamad Sufyan
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SEJARAH
JURUSAN
ILMU SEJARAH
OKTOBER
2013
ABSTRAK
Gereja
Kayu Tangan adalah salah satu gereja tertua dan bersejarah di Malang, Jawa
Timur. Uniknya, gereja ini memiliki arsitektur yang sangat khas dan berbeda,
yaitu bergaya gothik.
Gereja
Kayu Tangan menjadi saksi eksistensi umat Katolik sejak masa kolonial Belanda
di Malang. Salah satunya adalah dengan kehadiran paroki Hati Kudus Yesus (HKY)
yang telah eksis sejak tahun 1897. Paroki ini dipimpin oleh Romo Godefriedus
Daniel Augustinus Jonckbloet.
Pada
masa awal, paroki ini tidak memiliki gereja, bahkan sempat menumpang di pendopo
Kabupaten Malang. Ketika itu, Bupati Kanjeng Raden Aryo Tumenggung
Notodiningrat sedang berkuasa.
Saat
itu, pendopo berubah menjadi gereja Katolik lengkap dengan orgel, kamar
pengakuan dosa, mimbar dan bangku komuni. Semua itu tercatat lengkap dalam buku
kenangan perayaan 100 tahun paroki HKY Kayu Tangan.
Setelah itu, 8 tahun
kemudian, tepatnya pada 1905 barulah Gereja Kayu Tangan dibangun di utara alun-alun.
Hal ini pun menjadikannya sebagai gereja Katolik tertua di Kota Malang.
Yang
membuat lebih menarik, Gereja Kayu Tangan memiliki gaya arsitektur yang unik,
yaitu neo gothik. Gaya ini diperkenalkan oleh salah seorang arsitek Belanda
yang terkenal pada masanya, yaitu Dr PJH Cuypers (1827-1921).
Seni
bangunan yang ada di Gereja Kayu Tangan menunjukkan ciri khas bangunan abad
pertengahan abad 19. Ini terlihat dari struktur gedung yang tinggi. Dijelaskan
pula bahwa model struktur tersebut memiliki kerangka kokoh pada dinging dan
atap yang berfungsi sebagai penutup.
Gereja
ini juga memiliki jendela dan pintu yang besar pada dinding yang dibangun
dengan konstruksi skelet. Hal ini tampak pada tembok luar gereja yang ditopang
tiang peyangga dinding berbentuk persegi.
Tapi
siapa sangka rupanya, ciri khas gothik dengan lengkungan meruncing pada Gereja
Kayu Tangan juga dipengaruhi unsur Islami. Paling tidak terdapat pengaruh seni
bangunan Islam dalam gereja termegah di Malang itu.
Hal
ini juga diakui dalam buku kenangan 100 tahun paroki HKY dengan menyitir buku
Mr Schuman. Shcuman dalam buku berjudul De Arabieren yang terbit pada tahun
1960 membeberkan, model lengkung runcing itu telah populer pada abad 8.
Ketika
itu, Bani Umayyah yang berkuasa di Suriah yang memakainya. Hal ini masih bisa
dilihat dari sisa reruntuhan bangunan kuno di Ramlah, Uni Emirat Arab.
Kemudian, baru pada abad 12, gaya lengkung runcing masuk ke Eropa, tepatnya
Prancis.
Dari
kejauhan, Gereja Kayu Tangan menjadi penanda Kota Malang, terutama dengan dua
menara setinggi 33 meter. Menara itu dibangun pada masa Mgr Clemens van der
Pas, O.Carm ketika diangkat sebagai Prefek Apostolik Malang pertama tahun 1927.
Setelah
dana diserahkan pada tahun 1930, pembangunan dilakukan sesuai rencana arsitek Ir
Albert Grunberg. Sedangkan, menara yang ada di Gereja Kayu Tangan dirancangan
oleh Ir. Marius J. Hulswit pada tahun 1905.
Ketika
itu, gereja yang dirancang Marius dibangun dengan pemborong C Vi diabntu Van
Pad. Tidak hanya itu, gereja juga dibangun dengna bantuan Bourguignon sebagai
pembantu pemborong serta Molijn sebagai pengawas pembangunan.
Namun
terlepas dari pembangunan awal gereja, ternyata gereja ini pernah ditabrak oleh pesawat tempur Auri. Tercatat, menara itu
runtuh dua kali sejak dibangun 1930.
Pertama,
menara runtuh pada 10 Februari 1957 ketika sedang ada khotbah di dalam gereja.
Sebuah salib di ujung menara runtuh, dan menimbulkan lubang besar pada atap
gereja. Kemudian tragedi kedua terjadi pada 27 November 1967. Menara kembali
runtuh akibat ditabrak pesawat.
Yang
sedikit mengerikan, peristiwa kedua ini juga disertai dengan ledakan yang
mengagerkan akibat jatuhnya salib seberat 108 kg. Ketika itu, bruder yang ada
di gereja mengira ada lemparan granat. Namun tidak, ternyata salib itu diserempet
pesawat yang sedang mengalami kerusakan mesin.
Burung
besi berawak tiga orang itu kemudian masih bisa terbang. Tapi akhirnya jatuh di
kawasan Buring. Awak pesawat pun meninggal,
Pesawat
itu terbang rendah menabrak menara karena kerusakan mesin," ujar seseorang
Tionghoa pemilik toko di Kayu Tangan.
Sampai saat ini, gereja
itu masih kokoh menantang zaman. Bahkan, ia telah menjadi ikon tersendiri bagi
Kota Malang. Wisatawan Mancanegara
tak pernah luput untuk mengunjungi gereja ketika traveling ke Malang. Menariknya,
dalam kapel gereja terdapat banyak benda kuno. Bahkan kabarnya terdapat Al
Quran asal tunisia yang merupakan peninggalan tahun 1920-an.
Tidak mudah dalam proses penentuan waktu pendirian.
Pada masa itu, Mgr. Walterus Jacobus Staal S.J. adalah orang berjuang untuk
mengurus pengesahan pendirian gereja ini. Dimulai pada 4 Januari 1897, Mgr.
Staal mengajukan ke pemerintah Hindia Belanda mengenai pembentukan stasi
Malang, hingga dengan keluarnya surat keputusan Gouvernements-besluit yang
menyatakan pada 4 Juni 1897 gereja ini dinyatakan resmi mendapatkan ijin
berdiri.
Ada pula yang menyatakan ijin berdirinya gereja adalah
19 Januari 1897, 7 Juni 1897 atau bahkan 2 Juli 1897 dengan berbagai pedoman.
Namun, akhirnya ketidakpastian itu diyakinkan kembali sesuai dengan adanya
keputusan rapat pleno Dewan Paroki Hati Kudus Yesus Malang yang menetapkan pada
4 Juni 1897 adalah berdirinya gereja. Hal ini berpedoman pada
Gouvernements-besluit sebagai landasan hukum.
Lantaran, keberadaan Gereja Hati Kudus Yesus
Kayutangan sejak masa pendudukan Belanda, tak salah bila membuat gaya bangunan
gerejanya kental dengan gaya neo gotik. Dan, pada masa itu juga sebelum berdiri
bangunan gereja, paroki Hati Kudus Yesus (HKY) yang dipimpin Romo Godefriedus
Daniel Augustinus Jonckbloet. Mulanya tidak memiliki gereja dan bahkan sempat
menumpang di pendopo Kabupaten Malang masa Bupati Kanjeng Raden Aryo Tumenggung
Notodiningrat.
Ketika
itu, pendopo berubah menjadi gereja Katolik lengkap dengan orgel, kamar
pengakuan dosa, mimbar dan bangku komuni. Hingga delapan tahun kemudian setelah
ijin pendirian keluar, tepatnya tahun 1905, barulah Gereja Hati Kudus Yesus
Kayutangan dibangun di utara Alun-alun Malang.
Ya, bangunan itu adalah gereja Katolik tertua di Kota Malang dengan
gaya neo gotik yang diperkenalkan arsitek Belanda terkenal pada masanya Dr.
P.J.H Cuypers (1827-1921). Seni bangunan itu merupakan ciri khas bangunan abad
pertengahan abad 19 dengan bentuk struktur gedung yang tinggi.
Model struktur tersebut memiliki kerangka kokoh pada dinding dan atap
yang berfungsi sebagai penutup. Lalu diletakkan jendela dan pintu yang besar
pada dinding yang dibangun dengan konstruksi skelet. Hal ini nampak pada tembok
luar gereja yang ditopang tiang penyangga dinding berbentuk persegi. Juga pada
jendela-jendela dan pintu-pintunya berbentuk lengkungan meruncing ke atas.
Tampak kejauhan, gereja itu menjadi penanda Kota Malang, terutama
pada dua menara yang memiliki ketinggian sekitar 33 meter. Menara itu dibangun
pada masa Mgr. Clemens van der Pas, O.Carm ketika diangkat sebagai Prefek
Apostolik Malang yang pertama pada tahun 1927. Kemudian setelah dana diserahkan
tahun 1930, pembangunan dilakukan arsitek Ir. Albert Grunberg mengikuti gaya
neo gotik Dr. P.J.H Cuypers. Gaya menara itu diubah Albert Grunberg dan sangat
berbeda dari rancangan menara arsitek sebelumnya Ir. Marius J. Hulswit pada
tahun 1905.
Ada cerita menarik dari menara gereja, Romo Hugo menjelaskan menara
gereja sempat dua kali runtuh sejak dibangun 1930. Pertama runtuh pada 10
Pebruari 1957 ketika ada kutbah di gereja. Sebuah salib di ujung menara runtuh
dan menimbulkan lubang besar pada atap gereja. Kemudian pada 27 Nopember 1967,
menara kembali runtuh akibat ditabrak pesawat.
Pada peristiwa kedua ini, disertai ledakan yang mengagetkan akibat jatuhnya salib seberat 108 kilogram. Ketika itu bruder yang ada di gereja mengira ada lemparan granat, namun ternyata salib itu diserempet pesawat yang sedang mengalami kerusakan mesin. Pesawat yang masih sempat dapat terbang setelah menabrak atap gereja ini akhirnya jatuh di kawasan Buring, Kedungkandang, Malang.
Pada peristiwa kedua ini, disertai ledakan yang mengagetkan akibat jatuhnya salib seberat 108 kilogram. Ketika itu bruder yang ada di gereja mengira ada lemparan granat, namun ternyata salib itu diserempet pesawat yang sedang mengalami kerusakan mesin. Pesawat yang masih sempat dapat terbang setelah menabrak atap gereja ini akhirnya jatuh di kawasan Buring, Kedungkandang, Malang.
Hingga sekarang ribuan umat Katolik yang datang
mengikuti kegiatan ibadah di gereja ini yang dibuka setiap Sabtu dan Minggu.
Bahkan bangunan gereja saat ini telah menjadi ikon tersendiri bagi Kota Malang.
Di saat tertentu pula bila beruntung, kita akan berjumpa dengan wisatawan
mancanegara yang datang berkunjung ke sini dalam rangkaian city tour mereka.
Mengingat keberadaannya yang berada di kawasan bangunan masa lalu Kota Malang.
Di depannya ada Resto Oen, Alun-alun, Masjid Agung Malang, bangunan kantor
pemerintahan, Tugu Malang, dan beberapa lainnya.
Pada buku kenangan perayaan 100 tahun Paroki
Hati Kudus Yesus - Kayu Tangan disebutkan bahwa pada awalnya paroki itu
masih belum punya gereja sendiri dan masih menumpang di pendopo Kabupaten
Malang.
Saat itu pula, fungsi pendopo diantaranya
berubah menjadi gereja Katolik yang
lengkap dengan orgel, kamar pengakuan dosa, mimbar dan bangku komuni.
Arsitektur bangunan gereja menunjukkan ciri khas
bangunan masa peterngahan abad 19. Dari gaya Neo-gothicnya, bangunan ini
sepertinya terinspirasi dari salah seorang arsitek Belanda yang sangat dikenal
pada masanya, yaitu Dr. PHJ. Cuypers (1827-1921).
Ciri-ciri bangunan seperti itu terlihat dari model strukturnya yang memiliki kerangka
kokoh pada dinding dan atap yang berfungsi sebagai penutup.
Selain
itu juga pada jendela dan pintu yang
besar pada dinding yang dibangun dengan konstruksi skelet. Salah satunya
terdapat pada tembok luar gereja yang ditopang tiang peyangga dinding berbentuk
persegi.
Ciri
yang lainnya adalah bangunan dengan
konsep yang memberi keleluasaan cahaya dalam gedung gereja . Dan yang terindah
dari gereja ini pada konsep cahaya adalah pemakaian kaca bergambar yang disebut
stained glass sebagai pencerahan mistik.Karena dalam keyakinan mereka Tuhan
dipahami hadir di mana saja seperti cahaya.
No comments:
Post a Comment