Thursday 24 September 2015

GEREJA KATOLIK BERGAYA GOTHIK KAYU TANGAN DI KOTA MALANG



GEREJA KATOLIK BERGAYA GOTHIK KAYU TANGAN DI KOTA MALANG

PAPER
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Sejarah Perkembangan Agama
Yang dibina oleh Drs. Bapak Blasius Suprapto, M. Hum


Oleh :
Muhamad Sufyan










UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SEJARAH
JURUSAN ILMU SEJARAH
OKTOBER 2013



ABSTRAK

Gereja Kayu Tangan adalah salah satu gereja tertua dan bersejarah di Malang, Jawa Timur. Uniknya, gereja ini memiliki arsitektur yang sangat khas dan berbeda, yaitu bergaya gothik.
Gereja Kayu Tangan menjadi saksi eksistensi umat Katolik sejak masa kolonial Belanda di Malang. Salah satunya adalah dengan kehadiran paroki Hati Kudus Yesus (HKY) yang telah eksis sejak tahun 1897. Paroki ini dipimpin oleh Romo Godefriedus Daniel Augustinus Jonckbloet.
Pada masa awal, paroki ini tidak memiliki gereja, bahkan sempat menumpang di pendopo Kabupaten Malang. Ketika itu, Bupati Kanjeng Raden Aryo Tumenggung Notodiningrat sedang berkuasa. 
Saat itu, pendopo berubah menjadi gereja Katolik lengkap dengan orgel, kamar pengakuan dosa, mimbar dan bangku komuni. Semua itu tercatat lengkap dalam buku kenangan perayaan 100 tahun paroki HKY Kayu Tangan.
Setelah itu, 8 tahun kemudian, tepatnya pada 1905 barulah Gereja Kayu Tangan dibangun di utara alun-alun. Hal ini pun menjadikannya sebagai gereja Katolik tertua di Kota Malang.
Yang membuat lebih menarik, Gereja Kayu Tangan memiliki gaya arsitektur yang unik, yaitu neo gothik. Gaya ini diperkenalkan oleh salah seorang arsitek Belanda yang terkenal pada masanya, yaitu Dr PJH Cuypers (1827-1921).
Seni bangunan yang ada di Gereja Kayu Tangan menunjukkan ciri khas bangunan abad pertengahan abad 19. Ini terlihat dari struktur gedung yang tinggi. Dijelaskan pula bahwa model struktur tersebut memiliki kerangka kokoh pada dinging dan atap yang berfungsi sebagai penutup. 
Gereja ini juga memiliki jendela dan pintu yang besar pada dinding yang dibangun dengan konstruksi skelet. Hal ini tampak pada tembok luar gereja yang ditopang tiang peyangga dinding berbentuk persegi.
Tapi siapa sangka rupanya, ciri khas gothik dengan lengkungan meruncing pada Gereja Kayu Tangan juga dipengaruhi unsur Islami. Paling tidak terdapat pengaruh seni bangunan Islam dalam gereja termegah di Malang itu.
Hal ini juga diakui dalam buku kenangan 100 tahun paroki HKY dengan menyitir buku Mr Schuman. Shcuman dalam buku berjudul De Arabieren yang terbit pada tahun 1960 membeberkan, model lengkung runcing itu telah populer pada abad 8.
Ketika itu, Bani Umayyah yang berkuasa di Suriah yang memakainya. Hal ini masih bisa dilihat dari sisa reruntuhan bangunan kuno di Ramlah, Uni Emirat Arab. Kemudian, baru pada abad 12, gaya lengkung runcing masuk ke Eropa, tepatnya Prancis. 
Dari kejauhan, Gereja Kayu Tangan menjadi penanda Kota Malang, terutama dengan dua menara setinggi 33 meter. Menara itu dibangun pada masa Mgr Clemens van der Pas, O.Carm ketika diangkat sebagai Prefek Apostolik Malang pertama tahun 1927.
Setelah dana diserahkan pada tahun 1930, pembangunan dilakukan sesuai rencana arsitek Ir Albert Grunberg. Sedangkan, menara yang ada di Gereja Kayu Tangan dirancangan oleh Ir. Marius J. Hulswit pada tahun 1905. 
Ketika itu, gereja yang dirancang Marius dibangun dengan pemborong C Vi diabntu Van Pad. Tidak hanya itu, gereja juga dibangun dengna bantuan Bourguignon sebagai pembantu pemborong serta Molijn sebagai pengawas pembangunan.
Namun terlepas dari pembangunan awal gereja, ternyata gereja ini pernah ditabrak oleh pesawat tempur Auri. Tercatat, menara itu runtuh dua kali sejak dibangun 1930.
Pertama, menara runtuh pada 10 Februari 1957 ketika sedang ada khotbah di dalam gereja. Sebuah salib di ujung menara runtuh, dan menimbulkan lubang besar pada atap gereja. Kemudian tragedi kedua terjadi pada 27 November 1967. Menara kembali runtuh akibat ditabrak pesawat.
Yang sedikit mengerikan, peristiwa kedua ini juga disertai dengan ledakan yang mengagerkan akibat jatuhnya salib seberat 108 kg. Ketika itu, bruder yang ada di gereja mengira ada lemparan granat. Namun tidak, ternyata salib itu diserempet pesawat yang sedang mengalami kerusakan mesin.
Burung besi berawak tiga orang itu kemudian masih bisa terbang. Tapi akhirnya jatuh di kawasan Buring. Awak pesawat pun meninggal,
Pesawat itu terbang rendah menabrak menara karena kerusakan mesin," ujar seseorang Tionghoa pemilik toko di Kayu Tangan. 
Sampai saat ini, gereja itu masih kokoh menantang zaman. Bahkan, ia telah menjadi ikon tersendiri bagi Kota Malang. Wisatawan Mancanegara tak pernah luput untuk mengunjungi gereja ketika traveling ke Malang. Menariknya, dalam kapel gereja terdapat banyak benda kuno. Bahkan kabarnya terdapat Al Quran asal tunisia yang merupakan peninggalan tahun 1920-an.

Tidak mudah dalam proses penentuan waktu pendirian. Pada masa itu, Mgr. Walterus Jacobus Staal S.J. adalah orang berjuang untuk mengurus pengesahan pendirian gereja ini. Dimulai pada 4 Januari 1897, Mgr. Staal mengajukan ke pemerintah Hindia Belanda mengenai pembentukan stasi Malang, hingga dengan keluarnya surat keputusan Gouvernements-besluit yang menyatakan pada 4 Juni 1897 gereja ini dinyatakan resmi mendapatkan ijin berdiri.
Ada pula yang menyatakan ijin berdirinya gereja adalah 19 Januari 1897, 7 Juni 1897 atau bahkan 2 Juli 1897 dengan berbagai pedoman. Namun, akhirnya ketidakpastian itu diyakinkan kembali sesuai dengan adanya keputusan rapat pleno Dewan Paroki Hati Kudus Yesus Malang yang menetapkan pada 4 Juni 1897 adalah berdirinya gereja. Hal ini berpedoman pada Gouvernements-besluit sebagai landasan hukum.
Lantaran, keberadaan Gereja Hati Kudus Yesus Kayutangan sejak masa pendudukan Belanda, tak salah bila membuat gaya bangunan gerejanya kental dengan gaya neo gotik. Dan, pada masa itu juga sebelum berdiri bangunan gereja, paroki Hati Kudus Yesus (HKY) yang dipimpin Romo Godefriedus Daniel Augustinus Jonckbloet. Mulanya tidak memiliki gereja dan bahkan sempat menumpang di pendopo Kabupaten Malang masa Bupati Kanjeng Raden Aryo Tumenggung Notodiningrat.
ejtcom_gerejakayutangan_2Ketika itu, pendopo berubah menjadi gereja Katolik lengkap dengan orgel, kamar pengakuan dosa, mimbar dan bangku komuni. Hingga delapan tahun kemudian setelah ijin pendirian keluar, tepatnya tahun 1905, barulah Gereja Hati Kudus Yesus Kayutangan dibangun di utara Alun-alun Malang.
Ya, bangunan itu adalah gereja Katolik tertua di Kota Malang dengan gaya neo gotik yang diperkenalkan arsitek Belanda terkenal pada masanya Dr. P.J.H Cuypers (1827-1921). Seni bangunan itu merupakan ciri khas bangunan abad pertengahan abad 19 dengan bentuk struktur gedung yang tinggi.
Model struktur tersebut memiliki kerangka kokoh pada dinding dan atap yang berfungsi sebagai penutup. Lalu diletakkan jendela dan pintu yang besar pada dinding yang dibangun dengan konstruksi skelet. Hal ini nampak pada tembok luar gereja yang ditopang tiang penyangga dinding berbentuk persegi. Juga pada jendela-jendela dan pintu-pintunya berbentuk lengkungan meruncing ke atas.

ejtcom_gerejakayutangan_3
Tampak kejauhan, gereja itu menjadi penanda Kota Malang, terutama pada dua menara yang memiliki ketinggian sekitar 33 meter. Menara itu dibangun pada masa Mgr. Clemens van der Pas, O.Carm ketika diangkat sebagai Prefek Apostolik Malang yang pertama pada tahun 1927. Kemudian setelah dana diserahkan tahun 1930, pembangunan dilakukan arsitek Ir. Albert Grunberg mengikuti gaya neo gotik Dr. P.J.H Cuypers. Gaya menara itu diubah Albert Grunberg dan sangat berbeda dari rancangan menara arsitek sebelumnya Ir. Marius J. Hulswit pada tahun 1905.
Ada cerita menarik dari menara gereja, Romo Hugo menjelaskan menara gereja sempat dua kali runtuh sejak dibangun 1930. Pertama runtuh pada 10 Pebruari 1957 ketika ada kutbah di gereja. Sebuah salib di ujung menara runtuh dan menimbulkan lubang besar pada atap gereja. Kemudian pada 27 Nopember 1967, menara kembali runtuh akibat ditabrak pesawat.
ejtcom_gerejakayutangan_4Pada peristiwa kedua ini, disertai ledakan yang mengagetkan akibat jatuhnya salib seberat 108 kilogram. Ketika itu bruder yang ada di gereja mengira ada lemparan granat, namun ternyata salib itu diserempet pesawat yang sedang mengalami kerusakan mesin. Pesawat yang masih sempat dapat terbang setelah menabrak atap gereja ini akhirnya jatuh di kawasan Buring, Kedungkandang, Malang.
Hingga sekarang ribuan umat Katolik yang datang mengikuti kegiatan ibadah di gereja ini yang dibuka setiap Sabtu dan Minggu. Bahkan bangunan gereja saat ini telah menjadi ikon tersendiri bagi Kota Malang. Di saat tertentu pula bila beruntung, kita akan berjumpa dengan wisatawan mancanegara yang datang berkunjung ke sini dalam rangkaian city tour mereka. Mengingat keberadaannya yang berada di kawasan bangunan masa lalu Kota Malang. Di depannya ada Resto Oen, Alun-alun, Masjid Agung Malang, bangunan kantor pemerintahan, Tugu Malang, dan beberapa lainnya.
Pada buku kenangan perayaan 100 tahun Paroki Hati Kudus Yesus -  Kayu Tangan  disebutkan bahwa pada awalnya paroki itu masih belum punya gereja sendiri dan masih menumpang di pendopo Kabupaten Malang.
Saat itu pula, fungsi pendopo diantaranya berubah menjadi gereja Katolik yang  lengkap dengan orgel, kamar pengakuan dosa, mimbar dan bangku komuni.
Arsitektur bangunan gereja menunjukkan ciri khas bangunan masa peterngahan abad 19. Dari gaya Neo-gothicnya, bangunan ini sepertinya terinspirasi dari salah seorang arsitek Belanda yang sangat dikenal pada masanya, yaitu Dr. PHJ. Cuypers (1827-1921).
Ciri-ciri bangunan seperti itu terlihat  dari model strukturnya yang memiliki kerangka kokoh pada dinding dan atap yang berfungsi sebagai penutup.
  Selain itu juga pada  jendela dan pintu yang besar pada dinding yang dibangun dengan konstruksi skelet. Salah satunya terdapat pada tembok luar gereja yang ditopang tiang peyangga dinding berbentuk persegi.
  Ciri yang lainnya  adalah bangunan dengan konsep yang memberi keleluasaan cahaya dalam gedung gereja . Dan yang terindah dari gereja ini pada konsep cahaya adalah pemakaian kaca bergambar yang disebut stained glass sebagai pencerahan mistik.Karena dalam keyakinan mereka Tuhan dipahami hadir di mana saja seperti cahaya.




No comments:

Post a Comment