PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH SISTEM
PENDIDIKAN PESANTREN TERHADAP KENAKALAN SANTRI DAN ALUMNI SANTRI TAHUN 2003-2008 (Study Kasus Beberapa Pesantren di Daerah
Bangil, Pasuruan)
Untuk memenuhi tugas
Sejarah Sosial
Muhamad Sufyan
(120732436485)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
September 2014
A. LATAR BELAKANG
Pentingnya
pendidikan tidak dapat di ragukan lagi, pendidikan merupakan faktor yang
penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah suatu bagian yang tak dapat pisahkan dari
kebudayaan suatu masyarakat dan sebagai alat memajukan masyarakat itu sendiri (
Khursyid. 1992:17).
Adapun madrasah
diniyah yang di jadikan objek penelitian adalah madrasah diniyah darul hikmah
di mana madrasah tersebut berkembang atau perkembanganya model pembelajaran
pesantren yang modern dari model klasial sehingga madrasah diniyah darul hikmah
bagian dari pesantren yang berdiri sendiri (Dhofier. 1994:51-52)
Pada zaman sekarang ini, dimana kemajuan dan perkembangan
sudah melaju di berbagai bidang, perubhan ke arah kemajuan juga semakin
berkembang. Informasi saat ini dapat dengan mudah menyebar ke seluruh dunia
dengan cepat. Termasuk juga penyebaran nilai-nilai budaya juga dapat menjakau
setiap ruang di dunia ini dengan mudahnya. Hal ini karena kemajuaan dalam
bidang teknologi informasi. Oleh karena itu, jarak dan waktu tidak menjadi
masalah lagi dalam dunia sekarang ini. Semua terasa begitu cepat. Masa dunia
seperti sekarang ini biasanya disebut era globalisasi. (Aan fauzan rifa’i:2009)
Kenakalan remaja di kalangan santri putra asrama dipenogoro pondok pesantren
yayasan ali maksum krapyak yogjakarta.
Maraknya pekelahian dikalangan remaja saat ini,
menjadikan alasan orang tua perkotaan menyekolakan anak-anaknya di pesantren
merupakan sarana alternatif yang sangat strategis bagi remaja sebagai upaya
preventif dan pengaruh perkembangan dunia negatif (Harahap,1999, h 188).
Kelebihan pesantren adalah mampu memadukan catur pusat
pendidikan, yaitu Kyai, Santri, Asrama dan Masjid sebagai tempat ibadah dan
tempat belajar di dalam satu tempat. Kondisi ini menjadikan santri berada dalam
pengawasan dan pembinaan pendidikan selama 24 jam penuh (Stanton, 1994, h.325)
Berikan aku 10 pemuda maka aku akan merubah dunia”. Petikan kalimat ini
mengingatkan kita pada Soekarno yang sangat mengistimewa para pemuda
berpemikiran muda. Dewasa ini, kenakalan santri yang dikualifikasikan dalam
pemuda, telah sampai pada batas yang sangat mengkhawatirkan. Fenomena yang
terkenal akhir-akhir ini adalah isu terorisme yang merekrut anggotanya yakni
dari kalangan anak-anak pesantren usia labil yaitu usia 13 hingga 25 yang
merupakan usia pencarian jati diri. Aksi ini juga akan menciptakan kecemasan
yang tinggi di tengah bangsa kita dan rasa takut yang sangat, baik dengan cara
kekerasan dan intimidasi terutaman bagi tujuan politik.
Bukankah semua prilaku itu tidak sejalan dengan semangat ajaran-ajaran kaum salaf? Bukankah para Kiai dalam mendidik lebih menekankan pada keteladan ulama-ulama salaf? Bukankah kita memiliki kiai-kiai besar dengan akhlaq yang luhur dan intelektual yang tinggi, sebut saja Kiai Hamid (Pasuruan), Kiai Hasyim Asy’ari (Jombang) Kiai Hasani Nawawie (sidogiri, Pasuruan), Kiai Shiddiq (Jember) dan lain sebagainya. Dari sosok penampilan yang telah diteladankan Kiai Hamid, kita bisa berkontemplasi (merenungkan) bahwa penghayatan dan pengamalan ilmu itu beliau latih sejak menjadi santri. Demikian luas pergaulan yang membangun pribadi beliau yang dijalaninya sejak muda, menyebabkan beliau menjadi manusia yang utuh yang menghargai manusia sebagai manusia; bukan karena atribut ke-kiai-annya. Dan kesemuanya itu melahirkan kearifan, yang hingga kini sangat sulit kita jumpai di kalangan tokoh-tokoh yang alim. Daerah Jawa Timur memiliki lebih dari puluhan pesantren yang dilengkapi dengan sarana pembelajaran agama dan umum. Ironisnya, daerah ini termasuk kota besar dengan kriminalitas terbesar setelah kota Jakarta. Kemenkumham Jatim Bidang Hak Azasi Manusia Kanwil Jawa Timur, Henny Handriati Sekitar 75 kasus yang terjadi di Jawa Timur selama tahun 2011 dengan rincian; 8 kasus pencurian dengan pemberatan (Curat), 4 kasus pencurian dengan kekerasan (Curas), 4 kasus curian motor (curanmor), 17 kasus pencabulan, 5 kasus pengeroyokan, 2 kasus perjudian, 33 kasus narkoba dan 2 kasus kejahatan lain dan itu belum termaksuk penteroran.
Kota Pasuruan khususnya Bangil terkenal dengan kota santri, secara tidak langsung berperan penting dalam menyumbangkan anak didiknya ke tengah manyarakat guna membangun masyarakat yang sehat dalam moral. Para santri ketika lulus dan bergabung dengan masyarakat akan menunjukkan kemahirannya. Namun, kebanyakan dari santri tersebut ketika terlepas dari pesantren berperilaku bak baru lolos dari kekangan penjara. Mereka melampiaskan hal-hal yang tidak pernah mereka coba ketika masih berada di dalam pesantren seperti merokok, narkoba bahkan seks bebas. Berdasarkan fenomena yang terjadi, seorang anak yang merasa terikat dengan peraturan yang tidak ia senangi dan membuat anak tersebut terbebani, maka mereka dapat melampiaskannya di luar pesantren. Santri yang keluar dari pesantren akan berpakaian mini bahkan tidak berjilbab, atau bertemu kekasih mereka di kafe atau kos mereka, kemudian mereka melakukan hal terlarang dalam agama, dan melanggar banyak norma ketimuran.
Situasi yang terjadi pada santri saat ini memberikan tugas baru yang cukup berat bagi para pembimbing formal maupun non-formal. Guru harus memperbaiki pribadi anak yang terlanjur rusak . Proses pembiasaan pendidikan agama sangat penting, terutama dalam pembentukan pribadi, akhlak dan prilaku karena pendidikan agama yang sehat akan memasukkan unsur-unsur positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
Bukankah semua prilaku itu tidak sejalan dengan semangat ajaran-ajaran kaum salaf? Bukankah para Kiai dalam mendidik lebih menekankan pada keteladan ulama-ulama salaf? Bukankah kita memiliki kiai-kiai besar dengan akhlaq yang luhur dan intelektual yang tinggi, sebut saja Kiai Hamid (Pasuruan), Kiai Hasyim Asy’ari (Jombang) Kiai Hasani Nawawie (sidogiri, Pasuruan), Kiai Shiddiq (Jember) dan lain sebagainya. Dari sosok penampilan yang telah diteladankan Kiai Hamid, kita bisa berkontemplasi (merenungkan) bahwa penghayatan dan pengamalan ilmu itu beliau latih sejak menjadi santri. Demikian luas pergaulan yang membangun pribadi beliau yang dijalaninya sejak muda, menyebabkan beliau menjadi manusia yang utuh yang menghargai manusia sebagai manusia; bukan karena atribut ke-kiai-annya. Dan kesemuanya itu melahirkan kearifan, yang hingga kini sangat sulit kita jumpai di kalangan tokoh-tokoh yang alim. Daerah Jawa Timur memiliki lebih dari puluhan pesantren yang dilengkapi dengan sarana pembelajaran agama dan umum. Ironisnya, daerah ini termasuk kota besar dengan kriminalitas terbesar setelah kota Jakarta. Kemenkumham Jatim Bidang Hak Azasi Manusia Kanwil Jawa Timur, Henny Handriati Sekitar 75 kasus yang terjadi di Jawa Timur selama tahun 2011 dengan rincian; 8 kasus pencurian dengan pemberatan (Curat), 4 kasus pencurian dengan kekerasan (Curas), 4 kasus curian motor (curanmor), 17 kasus pencabulan, 5 kasus pengeroyokan, 2 kasus perjudian, 33 kasus narkoba dan 2 kasus kejahatan lain dan itu belum termaksuk penteroran.
Kota Pasuruan khususnya Bangil terkenal dengan kota santri, secara tidak langsung berperan penting dalam menyumbangkan anak didiknya ke tengah manyarakat guna membangun masyarakat yang sehat dalam moral. Para santri ketika lulus dan bergabung dengan masyarakat akan menunjukkan kemahirannya. Namun, kebanyakan dari santri tersebut ketika terlepas dari pesantren berperilaku bak baru lolos dari kekangan penjara. Mereka melampiaskan hal-hal yang tidak pernah mereka coba ketika masih berada di dalam pesantren seperti merokok, narkoba bahkan seks bebas. Berdasarkan fenomena yang terjadi, seorang anak yang merasa terikat dengan peraturan yang tidak ia senangi dan membuat anak tersebut terbebani, maka mereka dapat melampiaskannya di luar pesantren. Santri yang keluar dari pesantren akan berpakaian mini bahkan tidak berjilbab, atau bertemu kekasih mereka di kafe atau kos mereka, kemudian mereka melakukan hal terlarang dalam agama, dan melanggar banyak norma ketimuran.
Situasi yang terjadi pada santri saat ini memberikan tugas baru yang cukup berat bagi para pembimbing formal maupun non-formal. Guru harus memperbaiki pribadi anak yang terlanjur rusak . Proses pembiasaan pendidikan agama sangat penting, terutama dalam pembentukan pribadi, akhlak dan prilaku karena pendidikan agama yang sehat akan memasukkan unsur-unsur positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah ini, maka dapat dirumuskan dalam beberapa pokok pembahasan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1)
Bagaimanakah bentuk sistem pendidikan pada pesantren-pesantren yang ada di
Bangil?
1) Apa saja bentuk kenakalan santriwan
ataupun santriwati yang masih SMP maupun SMA di daerah Bangil, baik yang masih
bersetatus santri maupun telah menjadi alumni?
3)
Adakah hubungan antara sistem pendidikan pesantren di Bangil dengan kenakalan
santri-santrinya dan bagaimanakah keterkaitan antara keduannya?
C. TUJUAN PENELITIAN
1) Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
memperoleh informasi mengenai bentuk sistem pendidikan yang diterapkan
pesantren-pesntren di Bangil.
2) Peneliti ingin menguak bentuk-bentuk
kenakalan santri di daerah Bangil
3) Mengetahui seberapa besar pengaruh
sistem pendidikan pesantren dengan kenakalan santri yang ada di daerah
Bangil.
Adapun
Manfaatnya dapat di klasifikisikan menjadi 3, yaitu:
1. Bagi Pemerintah Daerah: hasil survei
diharapkan dapat menjadi pedoman dalam menerapkan sistem pedidikan yang tepat
khususnya daerah Bangil.
2. Bagi Peneliti: diharapkan nantinya akan
menciptakan ide baru dalam membuat sebuah karya baik tulisan maupun seni.
3. Bagi Dunia Akademisi: hasil penelitian ini
dapat dikembangkan dan ditindaklanjuti dalam membantu pengembangan mutu belajar
khususnya pesantren di daerah Bangil.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Pendidikan
Berbicara tentang pendidikan dalam artian luas berarti suatu proses pengembangan semua aspek kepribadian manusia yang mencangkup; pengetahuan, nilai dansikap, serta keterampilan. Dalam sebuah sekripsi yang dikutip dari buku Sadulloh tertulis bahwa pendidikan sama sekali bukan untuk merusak kepribadian manusia, seperti halnya memberi bekal pengetahuan maupun ketermapilan kepada generasi muda, bagaimana menjadi seorag pejabat atau bagaimana menjadi seorang pencuri yang ulung .
Berbicara tentang pendidikan dalam artian luas berarti suatu proses pengembangan semua aspek kepribadian manusia yang mencangkup; pengetahuan, nilai dansikap, serta keterampilan. Dalam sebuah sekripsi yang dikutip dari buku Sadulloh tertulis bahwa pendidikan sama sekali bukan untuk merusak kepribadian manusia, seperti halnya memberi bekal pengetahuan maupun ketermapilan kepada generasi muda, bagaimana menjadi seorag pejabat atau bagaimana menjadi seorang pencuri yang ulung .
2. Pesantren dan santri
Pesantren dan santri merupakan satu perangkat yang tidak bisa dipisahkan. Jika kita membahas santri pasti menyebut kata pesantren atau pondok begitu pula dengan pesantren. Dalam kamus besar bahasa indonesia, santri adalalah orang yang mendalami agama islam, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh dan saleh. Adapun pengertian pesantren secara teknis menurut Abdurrahman Wahid adalah tempat di mana santri tinggal. Mahmud Yunus, mendefinisikannya sebagai tempat santri belajar agama Islam. Pesantren diibaratkan miniatur kehidupan masyarakat yang luas ini. Mereka hidup bersosial serta harus cakap dan terampil dalam menjalankan kehidupannya. Dalam pesantren mengandung unsur kenalan, pengadilan, dan lain sebagainya layaknya di masyarakat umunya.
Pesantren dan santri merupakan satu perangkat yang tidak bisa dipisahkan. Jika kita membahas santri pasti menyebut kata pesantren atau pondok begitu pula dengan pesantren. Dalam kamus besar bahasa indonesia, santri adalalah orang yang mendalami agama islam, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh dan saleh. Adapun pengertian pesantren secara teknis menurut Abdurrahman Wahid adalah tempat di mana santri tinggal. Mahmud Yunus, mendefinisikannya sebagai tempat santri belajar agama Islam. Pesantren diibaratkan miniatur kehidupan masyarakat yang luas ini. Mereka hidup bersosial serta harus cakap dan terampil dalam menjalankan kehidupannya. Dalam pesantren mengandung unsur kenalan, pengadilan, dan lain sebagainya layaknya di masyarakat umunya.
3. Kenakalan
Kenakalan remaja bisa disebut dengan perilaku Deinkuen. Hal ini terjadi pada remaja dimana priode ini merupakan masa perealihan dalam diri individu secara fisiologi maupun psikiologi dari kanak-kanak menuju dewasa . Perilaku yang ditunjukkan oleh remaja ini antara lain; bolos sekolah, suka mengganggu ketenangan, perbuatan mengancam dan intimidasi, kebut-kebutan dijalan, mencuri, berpesta pora, memperkosa, homoseksual, berjudi, tindakan radikal dan ekstrim.
Kenakalan remaja bisa disebut dengan perilaku Deinkuen. Hal ini terjadi pada remaja dimana priode ini merupakan masa perealihan dalam diri individu secara fisiologi maupun psikiologi dari kanak-kanak menuju dewasa . Perilaku yang ditunjukkan oleh remaja ini antara lain; bolos sekolah, suka mengganggu ketenangan, perbuatan mengancam dan intimidasi, kebut-kebutan dijalan, mencuri, berpesta pora, memperkosa, homoseksual, berjudi, tindakan radikal dan ekstrim.
E. PEMBATASAN PENELITIAN
Untuk membuat penelitian tefokus dan langsung menuju
ke permasalahan penelitian ini memiliki pembatas-pembatas penelitian antara
lain:
1. Topik dan tema
penelitian, tema yang dalam kajian ini merupakan tentang Pengaruh sistem Pendidikan Pesantren terhadap
kenakalan
Santri dan Alumni santri.
2. Tempat Penelitian, tempat
penelitian yang dikaji adalah bertempat di Bangil, pesantren.
3. Jenjang waktu objek
penelitan, waktu yang akan di kaji peneliti ialah antara tahun 2003 hingga 2008.
4. Objek penelitian, dari
kajian penelitian ini yang sebagai objek penelitian merupakan Sistem
pendidikan pesantren terhadap kenakalan santri dan alumni santri.
F. KAJIAN PUSTAKA
Menurut penelusuran penulis selama ini, judul penelitian “PENGARUH SISTEM
PENDIDIKAN PESANTREN TERHADAP KENAKALAN SANTRI DAN ALUMNI SANTRI (Study Kasus
Beberapa Pesantren di Daerah Bangil, Pasuruan)” belum ada yang mengkajinya,
namun ada beberapa skripsi yang secara tidak langsung berkaitan dengan tema
pembahasan yang diajukan, skripsi tersebut antara lain:
1. Skripsi yang ditulis oleh Hadori,
mahasiswa fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malik Ibrahim Malang
tahun 2010 dengan judul Pesantren Dalam Mencetak Santri Profesional (Studi
Kasus di Pondok Pesantren an-Nur II Al-Murtadlo Bululawang, Malang) ia
berpendapat bahwa pesantren adalah lembaga sebagai sarana membentuk tata nilai
dan nilai yang baik melalui publik figur mereka yaitu Kiyai atau Guru. Ia
berkesimpulan bahwa sistem paduan antara pendidikan umum dengan agama adalah
sistem yang paling efektif dalam mencetak generasi yang berkualitas secara
fisik, mental dan spiritual serta berwawasan IPTEK.
2. Skripsi
Hairiyah, mahasiswi fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2007
berjudul Upaya Guru Agama Islam dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Bagi Siswa
di Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Yogakarta, dia menekankan pada
upaya guru dalam mendidik anak didiknya dengan membuat sebuah sistem dan
memasukkan nilai religius dalam kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler
sehingga pengaruh itu tidak memberatkan mereka.
3. Skiripsi
Muhamad Hafis, mahasiswa fakulta Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang
berjudul Peran Bimbingan Konseling Dalam Pembinaan Prilaku Keagamaan Siswa di
SMK PIRI Sleman Yogyakarta tahun 2007, dia menitik beratkan bahwa Bimbingan
Konseling memberikan bantuan secara emosional pada peserta didiknya sehingga
anak didik dapat berperilaku seperti yang diharapkan oleh masyarakat khususnya
orang tua dan juga agama. Pengendalian emosi, akademik dan spritual dengan
seimbangan membentuk masa depan yang positif dan sehat.
G. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sample
Populasi santri di daerah Bangil baik masih sekolah atau alumni dengan masa maksimal 1 tahun setelah keluar pesantren untuk mengurangi pengaruh luar. Adapun sample akan diambil dari beberapa santri SMA dan SMP dengan kelulusan tahun 2010-2011 dari beberapa pesantren yang berbeda dan sebagian pesantren dengan sistem pendidikan yang berfariasi.
B. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat beberapa
teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yakni:
1. Wawancara
Mengumpulkan data dan informasi langsung dari peneliti kepada para santri tentang latar belakang keluarga maupun pendidikan mereka.
Mengumpulkan data dan informasi langsung dari peneliti kepada para santri tentang latar belakang keluarga maupun pendidikan mereka.
2. Metode Pengamatan
Mengamati bentuk kenakalan dan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku santri yang dijadikan subjek dan objek penelitian.
Mengamati bentuk kenakalan dan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku santri yang dijadikan subjek dan objek penelitian.
3. Dokumen
Mengumpulkan data melalui dokumen umum, jurnal, surat, koran, dan lain-lain tentang kasus kenakalan yang pernah terjadi di tahun sebelumnya serta sistem pendidikan pesantren.
Mengumpulkan data melalui dokumen umum, jurnal, surat, koran, dan lain-lain tentang kasus kenakalan yang pernah terjadi di tahun sebelumnya serta sistem pendidikan pesantren.
C. Teknik Analisis Data
Penelitian ini
menggunakan teknik analisi data korelasi karena peneliti ingin mengencari
hubungan antara pendidikan dan kenakalan santri.
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun
susunan pembahasan adalah sebagai berikut:
BAB I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang diangkatnya masalah ini menjadi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka atau telaah pustaka, metodologi penelitian, ruang lingkup pembahasan, sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum penelitian.
BAB II adalah kajian teoritis mengenai pembagian jenis sistem pembelajaran pesantren, devinisi sistem belajar, bentuk kenakalan santri dan hubungan antara sistem yang diterapkan dengan kenakalan santri.
BAB III adalah bagian yang membahas tentang metode penelitian yang diterapkan oleh peneliti berkaitan dengan metode yang di pakai dan pendekatannya, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pencocokan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitiannya.
BAB IV adalah bab yang menjelaskan hal-hal yang terjadi di lapangan. Baik berupa bentuk konkrit dari sistem pembelajaran dan kenakalan santri SMP dan SMA pada pesantren-pesantren di Bangil.
BAB V adalah analisa data yang di temukan di lapangan.
BAB VI adalah kesimpulan dari rangkaian pembahasan mulai dari bab pertama hingga bab lima, dapat ditambah dengan saran yang membangun guna meningkatkan penelitiannya di masa mendatang.
BAB I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang diangkatnya masalah ini menjadi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka atau telaah pustaka, metodologi penelitian, ruang lingkup pembahasan, sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum penelitian.
BAB II adalah kajian teoritis mengenai pembagian jenis sistem pembelajaran pesantren, devinisi sistem belajar, bentuk kenakalan santri dan hubungan antara sistem yang diterapkan dengan kenakalan santri.
BAB III adalah bagian yang membahas tentang metode penelitian yang diterapkan oleh peneliti berkaitan dengan metode yang di pakai dan pendekatannya, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pencocokan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitiannya.
BAB IV adalah bab yang menjelaskan hal-hal yang terjadi di lapangan. Baik berupa bentuk konkrit dari sistem pembelajaran dan kenakalan santri SMP dan SMA pada pesantren-pesantren di Bangil.
BAB V adalah analisa data yang di temukan di lapangan.
BAB VI adalah kesimpulan dari rangkaian pembahasan mulai dari bab pertama hingga bab lima, dapat ditambah dengan saran yang membangun guna meningkatkan penelitiannya di masa mendatang.
DAFTAR
RUJUKAN
Aan Eko Khusni Ubaidillah, Kontribusi Pembelajaran Akhlak Dalam Mengatasi Perilaku Delikuen Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri Dlanggu Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2006)
Hadori, Pesantren Dalam Mencetak Santri Profesional (Studi Kasus di Pondok Pesantren an-Nur II Al-Murtadlo Bululawang, Malang),
Skripsi,
ebook, Fakultas Tarbiyah UIN Malik Ibrahim Malang, (2010)
Hairiyah, Upaya Guru Agama Islam dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Bagi Siswa di Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Yogakarta,
Hairiyah, Upaya Guru Agama Islam dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Bagi Siswa di Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Yogakarta,
Skripsi,
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2007)
http://metrotvnews.com/read/news/2012/02/24/82948/Angka-Kriminalitas-Anak-di-Jatim-Tinggi/6
Media pendidikan Jurnal pendidikan Keagamaan, volume XXIII, no 3, Desember 2008, Fakiltas Tarbiyah UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
Muhamad Hafis, Peran Bimbingan Konseling Dalam Pembinaan Prilaku Keagamaan Siswa di SMK PIRI Sleman Yogyakarta,
http://metrotvnews.com/read/news/2012/02/24/82948/Angka-Kriminalitas-Anak-di-Jatim-Tinggi/6
Media pendidikan Jurnal pendidikan Keagamaan, volume XXIII, no 3, Desember 2008, Fakiltas Tarbiyah UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
Muhamad Hafis, Peran Bimbingan Konseling Dalam Pembinaan Prilaku Keagamaan Siswa di SMK PIRI Sleman Yogyakarta,
Skripsi,
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2007)
Nure Khun Rikhte H, Kumpulan Bahan Matakuliah Pengantar Setudi Islam, Universitas Islam Negerri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2011).
Sadulloh Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (2004), Alfabeta: Bandung
IMTAQ,
Nure Khun Rikhte H, Kumpulan Bahan Matakuliah Pengantar Setudi Islam, Universitas Islam Negerri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2011).
Sadulloh Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (2004), Alfabeta: Bandung
IMTAQ,
A. Haedari, Panorama
Pesantren dalam Cakrawala Modern (Jakarta: Diva Pustaka, 2004),
6.
No comments:
Post a Comment